BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pemuda bisa dikatakan saat ini sangat
rentan terhadap segala hal yang berkaitan dengan segala hal dari segi pikiran ,
dan materi. Karena pemuda memiliki tingkat emosional yang tinggi , yang serba
ingin tahu , serta ingin mencobanya. Mereka memiliki perkembangan yang
kuat untuk mencari apa yang mereka inginkan demi memcapai yang di inginkan
olehnya. Tingkat emosional yang begitu besar yang membuat mereka semua untuk
bangkit atau semangat , berjuang mencapai keinginannaya.
Melalui proses sosialisasi, seorang
pemuda akan terwarnai cara berpikir dan kebiasaan-kebiasaan hidupnya. Dengan
demikian, tingkah laku seseorang akan dapat diramalkan. Dengan proses
sosialisasi, seseorang menajdi tahu bagaimana ia mesti bertingkah laku di
tengah-tengah masyarakat dan lingkungan budayanya. Dari keadaan tidak atau
belum tersosialisasi, menjadi manusia masyarakat dan beradab. Kedirian dan
kepribadian melalui proses sosialisasi dapat terbentuk. Dalam hal ini
sosialisasi diartikan sebagai proses yang membantu individu melalui belajar dan
menyesuaikan diri, bagaiman cari hidup dan bagaimana cara berpikir kelompoknya
gar dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya. Sosialisasi merupakan salah
satu proses belajar kebudayaan dari anggota masyarakat dan hubungannya degnan
sistem sosial.
B. Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
pengertian pemuda
2.
Bagaimana
pengertian sosialisasi
C. Tujuan
Permasalahan
1.
Mengetahui
tentang Pemuda
2.
Mengetahui
tentang Sosialisasi
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. PEMUDA
Pemuda ditinjau dari perkembangan
psikologis diwakili oleh remaja dan dewasa awal. Usia berkisar antara 10 sampai
24 tahun (WHO). Sedangkan United Nations General Assembly melihat pemuda adalah
individu yang berusia antara 15 sampai 24 tahun. Definisi dari UNGA sama dengan
definisi yang diberikan oleh World Bank. Sedangkan National Highway Traffic
Administration memberikan batasan pemuda berusia antara 15 sampai dengan 29
tahun. Berdasarkan definisi pemuda ditinjau dari usia dapat dilihat bahwa
individu yang berusia diatas 15 tahun dan dibawah 30 tahun. Jika melihat usia,
maka pemuda terbagi kedalam dua fase yaitu fase puber berusia antara 10 sampai
21 tahun, dan fase kedua dewasa awal berusia antara 21 sampai 35 tahun.Pemuda
memiliki peranan besar dalam kehidupan bangsa dan bernegara. Mereka diharapkan
mampu dalam memberikan sumbangan ide - ide kreatif dalam segala segi bidang
yang ada dalam lingkungannya. Jadi pemuda identik dengan sebagai sosok individu
yang berusia produktif dan mempunyai karakter khas yang spesifik yaitu
revolusioner, optimis, berpikiran maju, memiliki moralitas, dsb. Kelemahan
mencolok dari seorang pemuda adalah kontrol diri dalam artian mudah emosional,
sedangkan kelebihan pemuda yang paling menonjol adalah mau menghadapi
perubahan, baik berupa perubahan sosial maupun kultural dengan menjadi pelopor
perubahan itu sendiri.
Peran Pemuda di Masyarakat Peranan
pemuda dalam masyarakat dibedakan dalam 2 hal, yaitu :
a. Peranan pemuda yang didasarkan atas
usaha pemuda untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan
·
Pemuda
meneruskan tradisi dan mendukung tradisi
·
Pemuda
yang menyesuaikan diri dengan golongan yang berusaha mengubah tradisi
b. Peranan
pemuda yang menolak menyesuaikan lingkungan sekitarnya, dibedakan menjadi
·
Jenis
pemuda bangkit, yaitu pengurai atau pembuka kejelasan dari suatu masalah social
·
Jenis
pemuda nakal, yaitu yang berniat tidak melakukan perubahan pada budaya maupun
masyarakat tetapi hanya berusaha mendapat manfaat dari masyarakat dengan
tindakan menguntungkan diri sendiri.
·
Jenis
pemuda radikal yaitu mereka yang memiliki keinginan besar mengubah masyarakat
dan kebudayaan lewat cara cara radikal, revolusiuner tanpa memikirkan lebih
jauh bagaimana selanjutnya.
B. SOSIALISASI
a. Pengertian
Sosialisasi menurut Peter Berger
adalah proses melalui mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang
berpartisipasi dalam masyarakat. Pada sosialisasi dipelajari peranan-peranan,
oleh karenanya disebut dengan teori mengenai peranan (role theory). Sosialisasi
dalam arti yang luas merupakan suatu usaha masyarakat yang menghantar warganya
masuk ke dalam kebudayaan. Dengan kata lain masyarakat melakukan suatu
rangkaian kegiatan tertentu untuk menyerah terimakan kebudayaan dari satu
generasi ke generasi berikutnya.
Definisi lainnya mengatakan bahwa
secara luas sosialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses dimana warga
masyarakat di didik untuk mengenal, memahami, mentaati dan menghargai
norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Secara khusus
sosialisasi mencakup suatu proses dimana warga masyarakat mempelajari
kebudayaannya, belajar mengendalikan diri serta mempelajari peranan-peranan
dalam masyarakat.
b. Proses
Sosialisasi
Proses sosialisasi bertujuan untuk:
1.
Memberi
keterampilan yang dibutuhkan individu untuk hidupnya kelak dimasyarakat
2.
Mengajarkan
individu untuk mampu berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan
kemampuannya untuk membaca, menulis, dan berbicara
3.
Melatih
Pengendalian fungsi-fungsi organik melalui latihan-latihan mawas diri yang
tepat
4.
Membiasakan
individu dengan nilai-nilai dan kepercayaan pokok yang ada dalam masyarakat.
v
Menurut
George Herbert Mea
George Herbert Mead berpendapat bahwa
sosialisasi yang dilalui seseorang dapat dibedakan menlalui tahap-tahap sebagai
berikut.
·
Tahap
persiapan (Preparatory Stage)
Tahap ini dialami
sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk
mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang
diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak
sempurna.
Contoh: Kata "makan" yang
diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita diucapkan
"mam". Makna kata tersebut juga belum dipahami tepat oleh anak.
Lama-kelamaan anak memahami secara tepat makna kata makan tersebut dengan kenyataan
yang dialaminya.
·
Tahap meniru (Play Stage)
Tahap ini ditandai dengan semakin
sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh
orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang nama diri
dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari
tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari
anak. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain
juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia
berisikan banyak orang telah mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut
merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan bertahannya
diri ,yakni dari mana anak menyerap normadan nilai. Bagi seorang
anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berarti (Significant other).
·
Tahap siap
bertindak (Game Stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulai
berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkan
sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang
lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya
kemampuan bermain secara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya
tuntutan untuk membela keluarga dan bekerja sama
dengan teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin
banyak dan hubunganya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan
teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar
keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak
mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.
·
Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized
Stage/Generalized other)
Pada tahap ini
seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada
posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa
tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan
masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan
bekerja sama--bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya-- secara mantap. Manusia dengan
perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti
sepenuhnya.
v Menurut Charles H. Cooley
Cooley lebih menekankan peranan
interaksi dalam teorinya. Menurut dia, Konsep Diri (self concept) seseorang
berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Sesuatu yang kemudian
disebut looking-glass self terbentuk melalui tiga tahapan sebagai
berikut.
1. Kita membayangkan bagaimana kita di mata orang
lain.
Seorang anak merasa dirinya sebagai anak yang paling hebat dan yang paling
pintar karena sang anak memiliki prestasi di kelas dan selalu menang di
berbagai lomba.
2. Kita membayangkan bagaimana orang lain menilai kita.
Dengan pandangan bahwa si anak adalah anak yang hebat, sang anak
membayangkan pandangan orang lain terhadapnya. Ia merasa orang lain selalu
memuji dia, selalu percaya pada tindakannya. Perasaan ini bisa muncul dari
perlakuan orang terhadap dirinya. MIsalnya, gurunya selalu mengikutsertakan
dirinya dalam berbagai lomba atau orang tuanya selalu memamerkannya kepada
orang lain. Ingatlah bahwa pandangan ini belum tentu benar. Sang anak mungkin
merasa dirinya hebat padahal bila dibandingkan dengan orang lain, ia tidak ada
apa-apanya. Perasaan hebat ini bisa jadi menurun kalau sang anak memperoleh
informasi dari orang lain bahwa ada anak yang lebih hebat dari dia.
3. Bagaimana perasaan kita sebagai akibat dari penilaian tersebut.
Dengan adanya penilaian bahwa sang anak adalah anak yang hebat, timbul
perasaan bangga dan penuh percaya diri.
Ketiga tahapan di atas berkaitan
erat dengan teori labeling,
dimana seseorang akan berusaha memainkan peran sosial sesuai dengan apa
penilaian orang terhadapnya. Jika seorang anak dicap "nakal",
maka ada kemungkinan ia akan memainkan peran sebagai "anak nakal"
sesuai dengan penilaian orang terhadapnya, walaupun penilaian itu belum tentu kebenarannya.
|
c.
Agen Sosialisasi
Agen sosialisasi adalah pihak-pihak
yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Ada empat agen sosialisasi yang
utama, yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa, dan lembaga
pendidikan sekolah.
Pesan-pesan yang disampaikan agen
sosialisasi berlainan dan tidak selamanya sejalan satu sama lain. Apa yang
diajarkan keluarga mungkin saja berbeda dan bisa jadi bertentangan dengan apa
yang diajarkan oleh agen sosialisasi lain. Misalnya, di sekolah anak-anak
diajarkan untuk tidak merokok, meminum minman keras dan menggunakan obat-obatan
terlarang (narkoba), tetapi mereka dengan leluasa mempelajarinya dari
teman-teman sebaya atau media massa.
Proses sosialisasi akan berjalan
lancar apabila pesan-pesan yang disampaikan oleh agen-agen sosialisasi itu
tidak bertentangan atau selayaknya saling mendukung satu sama lain. Akan
tetapi, di masyarakat, sosialisasi dijalani oleh individu dalam situasi konflik
pribadi karena dikacaukan oleh agen sosialisasi yang berlainan.
·
Keluarga
(kinship)
Bagi keluarga inti (nuclear
family) agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara kandung, dan
saudara angkat yang belum menikah dan tinggal secara bersama-sama
dalam suatu rumah. Sedangkan pada masyarakat yang menganut
sistem kekerabatan diperluas (extended family), agen sosialisasinya menjadi
lebih luas karena dalam satu rumah dapat saja terdiri atas beberapa keluarga
yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di samping anggota keluarga inti.
Pada masyarakat perkotaan yang telah padat penduduknya, sosialisasi dilakukan
oleh orang-orabng yang berada di luar anggota kerabat biologis seorang anak.
Kadangkala terdapat agen sosialisasi yang merupakan anggota kerabat
sosiologisnya, misalnya pramusiwi, menurut Gertrudge
Jaeger peranan para agen sosialisasi dalam sistem keluarga pada
tahap awal sangat besar karena anak sepenuhnya berada dalam ligkugan
keluarganya terutama orang tuanya sendiri.
·
Teman
pergaulan
Teman pergaulan (sering juga disebut
teman bermain) pertama kali didapatkan manusia ketika ia mampu berpergian ke
luar rumah. Pada awalnya, teman bermain dimaksudkan sebagai kelompok yang
bersifat rekreatif, namun dapat pula memberikan pengaruh dalam proses
sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain adalah pada masa remaja.
Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam
membentuk kepribadian seorang individu.
Berbeda dengan proses sosialisasi
dalam keluarga yang melibatkan hubungan tidak sederajat (berbeda usia, pengalaman,
dan peranan), sosialisasi dalam kelompok bermain dilakukan dengan cara
mempelajari pola interaksi dengan orang-orang yang sederajat dengan dirinya.
Oleh sebab itu, dalam kelompok bermain, anak dapat mempelajari peraturan yang
mengatur peranan orang-orang yang kedudukannya sederajat dan juga mempelajari
nilai-nilai keadilan.
·
Lembaga
pendidikan formal (sekolah)
Menurut Dreeben, dalam lembaga
pendidikan formal seseorang belajar membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain
yang juga dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian (independence),
prestasi (achievement), universalisme, dan kekhasan (specificity). Di
lingkungan rumah seorang anak mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam
melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian besar tugas
sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab.
·
Media
massa
Yang termasuk kelompok media massa di
sini adalah media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), media
elektronik (radio, televisi, video, film). Besarnya pengaruh
media sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.
·
Agen-agen
lain
Selain keluarga, sekolah,
kelompok bermain dan media massa, sosialisasi juga dilakukan
oleh institusi agama, tetangga, organisasi rekreasional, masyarakat,
dan lingkungan pekerjaan. Semuanya membantu seseorang membentuk pandangannya
sendiri tentang dunianya dan membuat presepsi mengenai tindakan-tindakan yang
pantas dan tidak pantas dilakukan. Dalam beberapa kasus, pengaruh-pengaruh
agen-agen ini sangat besar.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pemuda adalah suatu generasi yang
dipundaknya terbebani berbagai macam – macam harapan, terutama dari generasi
lainnya. Hal ini dapat dimengerti karena pemuda diharapkan sebagai generasi
penerus, generasi yang akan melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya,
generasi yang mengisi dan melanjutkan estafet pembangunan.Di dalam masyarakat,
pemuda merupakan satu identitas yang potensial.
Sosialisasi diartikan sebagai sebuah
proses seumur hidup bagaimana seorang individu mempelajari kebiasaan-kebiasaan
yang meliputi cara-cara hidup, nilai-nilai, dan norma-norma social yang
terdapat dalam masyarakat agar dapat diterima oleh masyarakatnya.
B. SARAN
Kita sebagai mahasiswa atau pemuda
harus bisa bersosialisasi dalam masyarakat dan mampu memberikan contoh yang
baik untuk masyarakat. Dan mampu menyalurkan aspirasi rakyat kepada pemerintah,
tetapi tidak dengan cara yang anarkis. Kini perananan tersebut sudah menurun
drastis, karena pemuda sekarang lebih suka dengan kesenangan dan selalu mementingkan
diri sendiri.
DAFTAR PUSAKA
http://adiriyadi.wordpress.com/2013/01/11/definisi-pemuda/
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/isip4110/sosialisasi.htm
http://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi#
http://imazshare.wordpress.com/2011/11/08/pemuda-dan-sosialisasi/
0 Komentar untuk "Makalah Ilmu Sosial Dasar "Pemuda dan Sosialisasi""